Ini bukan surat biasa, melainkan ruang sunyi yang ingin saya buka, untuk seseorang yang pernah memanggil saya “Matilda”. Surat untuk Matilda © 123rf Suatu malam, kami pernah berbicara dari hati ke hati tentang luka dan rasa sakit yang pernah kami alami. Saya ingat betul ketika dia berkata, “Selama ini aku selalu kepingin jadi Matilda. Tapi, hari ini, aku ketemu kamu kok rasanya seperti ketemu Matilda ya.” Sejak saat itu, obrolan seputar Matilda menjadi sesuatu yang menarik bagi kami. Baginya, Matilda adalah sosok yang diharapkan bisa menjadi dirinya. Bagi saya, Matilda adalah sosok unik yang akan selalu menjadi bagian dari perjalanan rasa kami. Kini, setelah kepergiannya, kalimat itu terngiang kembali. Rasanya seperti pesan terakhir yang dititipkannya sebelum ia benar-benar hilang. Perkenalan yang Bukan Kebetulan Sebut saja ia Matilda, atau M. Saya dan M terpaut usia 10 tahun. Namun, kami tidak pernah merasa bahwa usia adalah penghalang bagi kami untuk bisa berbagi banyak hal. Perkenal...
Bagi sebagian orang, berjalan kaki mungkin merupakan aktivitas yang cukup melelahkan dan membosankan. Apalagi jika orang-orang tersebut memiliki waktu yang sangat sempit untuk mengejar sesuatu, bisa dipastikan bahwa mereka akan lebih memilih menggunakan kendaraan ketimbang berjalan kaki. Namun, bagi saya, berjalan kaki bukan hanya bergerak melangkahkan kaki dengan tujuan tertentu. Berjalan kaki adalah seni melepaskan emosi yang baru saya tahu ternyata juga memiliki banyak manfaat secara intelektual dan spiritual. The Power of Walking © Andrea Piacquadio from Pexels Ketika saya merasa marah dengan suatu keadaan atau emosi negatif lainnya, saya memilih untuk menghabiskan waktu dengan berjalan kaki tanpa tujuan ketimbang menghabiskan energi untuk memendam kemarahan dengan berdiam diri di rumah. Saat berjalan kaki melintasi suatu tempat, saya tidak hanya melihat bagaimana tempat itu berdiri, tapi juga merasakan bagaimana energi yang ada di sekitarnya. Begitu juga ketika saya bertemu d...