© Janko Ferlic from Pexels |
Sore ini, untuk ke sekian kalinya, telinga saya digandrungi oleh lagu islami berjudul “Aisyah Istri Rasulullah”. Sekilas, nadanya cukup mudah diingat dan terdengar romantis sehingga saya berniat untuk ikut meng-cover lagu tersebut.
Seperti biasa, saya akan terlebih dahulu menghafal liriknya sebelum bernyanyi. Sayang seribu sayang, niat saya untuk berpartisipasi memviralkan lagu tersebut terhenti saat menemukan liriknya yang berbunyi kulit putih bersih merahnya pipimu. Kenapa?
Dalam buku berjudul The Beauty Myth: How Images of Beauty Are Used Against Women, disebutkan bahwa penyebutan kulit putih merupakan salah satu mitos kecantikan yang diproduksi kapitalisme dalam industri kecantikan untuk mengontrol otoritas perempuan atas tubuhnya.
Dalam konteks ini, budaya patriarki tidak berupaya mendominasi tubuh perempuan secara fisik, tetapi menghegemoninya secara psikis sehingga banyak perempuan yang terjebak pada mitos putih-itu-cantik. Mitos kecantikan sendiri merupakan bagian dari alat feminisasi perempuan yang membuat mereka terpenjara dalam ketidakpuasan akan tubuhnya, merasa tidak dapat memuaskan laki-laki, hingga tahap membenci diri sendiri.
Bagi saya, lirik lagu ini terdengar menyesatkan, rasis, dan patriarkis. Menyesatkan karena belum tentu warna kulit Aisyah memang benar-benar putih seperti pemahaman ‘putih’ yang diterima masyarakat saat ini.
Ingin rasanya teriak, “Hei pencipta lagu, dari mana kamu tahu kalau kulit Aisyah itu putih? Kalau pun memang benar, apakah layak mengumbar warna kulit seorang perempuan yang termasuk ke dalam ranah otoritas tubuhnya sendiri?
Dalam beberapa riwayat, memang benar disebutkan bahwa Rasulullah memanggil Aisyah dengan sebutan Humaira yang berarti ‘merah’ untuk menggambarkan warna kulitnya yang kemerahan. Tapi, apakah layak jika ada laki-laki asing yang menggambarkan sosok perempuan mulia dengan hanya menyebutkan sifat-sifat jasadiahnya?
Di masa sekarang, sudah banyak perempuan yang sadar akan pentingnya otoritas dan pengendalian identitas atas tubuh mereka. Bahkan, tidak sedikit iklan dan kampanye publik yang tidak lagi menyematkan kata-kata sifat yang merujuk pada kondisi fisik untuk menghindari penghakiman atau generalisasi pada suatu kelompok.
Menyebutkan kata-kata sifat pada bagian tubuh perempuan tidak hanya merepresentasikan wawasan yang sempit, tapi juga menghancurkan nilai-nilai yang seharusnya hadir dalam representasi perempuan yang ideal.
Oke, balik ke lirik lagu ya. Ketika lagu ini dinyanyikan, saya menemukan mitos kecantikan terselubung yang bersembunyi di balik jubah Rasulullah. Sederhananya begini, karena Aisyah berkulit putih dan bersih, maka Rasulullah mencintainya dengan sangat romantis. Sebanal itukah pemahaman umat Islam terhadap keputusan Rasulullah untuk menjadikan Aisyah sebagai istrinya?
Saya sih NO.
Bagi saya, lirik ini semakin melanggengkan patriarki dalam budaya populer sehingga perempuan-perempuan Islam digiring untuk memuja kecantikan fisik ala Aisyah agar laki-laki seperti Rasulullah mau meminang mereka.
Padahal, Aisyah sendiri memiliki banyak keutamaan yang jauh dari sifat-sifat fisik. Ia dikenal sebagai perempuan cerdas, baik hati, jujur, memiliki wawasan dan ilmu pengetahuan yang luas sehingga bisa membantu Rasulullah dalam berdakwah, dan disebutkan telah meriwayatkan lebih dari 2.000 hadis.
Jika lagu ini dimaksudkan sebagai syiar Islam, mungkin akan lebih elok kalau yang digambarkan itu bukan fisiknya, melainkan kepribadian Aisyah yang membuatnya layak disebut sebagai ummul mukminin.
Jadi, apakah Islam hanya mengagumi sosok Aisyah dari segi fisiknya saja? Sepertinya, masih banyak nilai-nilai yang bisa direpresentasikan sebagai keutamaan perempuan dalam konteks ini sehingga masyarakat bisa lebih aware terhadap pentingnya kecerdasan, wawasan, dan welas asih bagi kaum perempuan ketimbang sebatas kulit putih bersih dan pipi merah.
Ini sih cuma opini saya, kalau kamu punya opini lain, silakan share di kolom komentar ya!
Saya setuju. Sangat setuju! Saya merasakan ke geli an yang serupa ketika pertama kali mendengarkan lagu ini. Dan ketika lagu ini tak henti2nya di cover juga dinyanyikan puluhan orang, rasanya mulai tertanam dalam otak bahwa ooo perempuan ini harus seperti ini, hrs secantik ini ya agar dicintai rasul. Tapi kemudian saya tidak terima dengan pemahaman sesat saya. Saya mencari tau dan ternyata banyak juga yang merasakan kegelisahan seperti saya dan mampu menunjukkan hasil riset yang bagus. Terimakasih penulis!
ReplyDeleteHalo, Putri. Terima kasih sudah berkunjung ke laman #PerempuanSufi, semoga apa yang kita tulis dan baca bisa membuat pemahaman dan wawasan kita semakin luas sehingga lebih bisa memaknai banyak hal dengan perspektif yang positif.
DeleteSalam hangat
:-)
Maaf sebelumnya saya bukan ahli agama tapi menurut saya isi dali lagu itu putih merah pipinya di karenakan dia masih kecil umur 12 tahun kalok gak salah aisyah, dan satu lagi anda apakah sudah baca sampai selesai kisa nabi mengapa menikahi aisyah? Lagu itu ekspresi dia berkarya dengan pikiranya apakah ada unsur kepornoan di lagu itu, kalok ada merasa anda lebih baik dari dia yang menciptakan lagu, buat lagu versi anda sendiri sepertia apa taruh di you tube? 🙏🙏
ReplyDeleteHalo, terima kasih sudah berbagi pendapat di laman ini. Mohon maaf, sepertinya dalam tulisan ini tidak ada kalimat apa pun yang menunjukkan persepsi tentang "unsur kepornoan". Jadi, tolong dibaca dengan saksama agar pesan yang disampaikan di dalam tulisan ini tidak disalahartikan.
DeleteJika Sahabat menganggap lagu tersebut sebagai ekspresi berkarya, maka kenapa tidak menganggap tulisan ini sebagai ekspresi penulis dalam mengkritisi (membangun karya ke arah yang lebih baik, bukan menyudutkan) karena di dalam tulisan ini pun sudah jelas disebutkan bahwa "mungkin akan lebih elok kalau yang digambarkan itu bukan fisiknya, melainkan kepribadian Aisyah yang membuatnya layak disebut sebagai ummul mukminin."
Selain itu, penulis juga tidak merasa "lebih baik" dari pencipta lagu karena dalam wawasan berkarya, "mengkritisi" bukan artinya merasa lebih baik dalam melakukan hal-hal yang dikritisi.
Terima kasih.
Salam hangat :-)
Yaampuun kaaa keren banget!! Makasih udah buat blog ini ❣️🙏
ReplyDeleteHai, Andriani. Terima kasih sudah berkunjung ke laman #PerempuanSufi dan sudah mengapresiasi. Semoga bisa terus menginspirasi, ya.
DeleteSalam hangat ❣️🙏
Mungkin kalian belum mengerti bahwa khadijah lah yg sangat dicintai oleh Ar rahmaan dan Ar rahiim bukan Aisyah.
ReplyDeleteKita tidak boleh selalu mempercayai sesuatu itu padahal belum tentu sesuatu itu benar adanya.
contoh.
suatu penipuan abad ke 20 ,yaitu manusia injak kaki ke bulan,padahal kejadian abad ke 20 kok masih bisa tertipu?
Bahagialah karena kalian adalah kaum wanita dan kaum pilihan.
nabi adalah julukan lelaki atau wanita?
mana yg lebih berperasaan ? wanita kan? kok lelaki yg diturunkan wahyu?
sudah berapa lama penipuan ini terjadi? coba pikirkan.
ustadz sayyid habib yahya